Hati-hati bagi yang sering gonta ganti pasangan atau melakukan seks tidak aman tanpa alat pelindung. Jika orang dengan penyakit kelamin dan HIV bertemu dalam hubungan intim, penularannya bisa sangat cepat dan makin sulit penyembuhannya.
Ahli penyakit kulit dan kelamin dr Farida Zubaier, SpKK(K) mengungkapkan penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa ditulari melalui hubungan seksual. Bersamaan dengan itu juga mempengaruhi penularan penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya seperti herpes genital dan juga sifilis (raja singa).
"Penyakit Infeksi menular seksual (IMS) yang gejalanya berupa ulkus (luka) pada genital (alat kelamin) cukup sering ditemukan pada orang yang HIV positif. Namun untuk jumlah angka pastinya di Indonesia belum ada," ujar dr Farida dalam acara seminar 'How to deal with HIV/AIDS' di aula FKUI, Salemba, Jakarta, Sabtu (12/6/2010).
Dr Farida menuturkan jika seseorang memiliki penyakit herpes atau sifilis lalu melakukan hubungan seksual dengan orang yang positif HIV, maka virus HIV akan lebih mudah dan lebih cepat masuk ke dalam tubuh si penderita penyakit kelamin.
Sebaliknya jika seseorang sudah positif HIV lalu kemudian terinfeksi penyakit kelamin maka pengobatannya akan lebih lama dan juga sulit untuk didiagnosis.
Ada 2 penyakit infeksi menular seksual yang sering dijumpai pada penderita HIV positif, yaitu:
Herpes genital (herpes kelamin)
Herpes genital yang terjadi pada penderita HIV umumnya tidak memiliki gejala yang khas. Namun ukuran ulkus (luka) yang timbul cenderung lebih besar dan juga lebih dalam. Kejadian rekurensi (munculnya) juga cenderung lebih sering yang membuat proses pengobatannya lebih lama dibandingkan dengan orang yang memiliki herpes genital tanpa HIV.
Penyakit ini lebih banyak menular melalui hubungan kontak kulit dengan penderita. Umumnya gejalanya adalah timbul bintil-bintil di bagian luar alat kelamin yang bentuknya memerah dan membengkak. Virus ini juga bisa menulari bagian tubuh lain seperti mulut.
Sifilis (Penyakit raja singa)
Penderita HIV yang memiliki penyakit sifilis atau penderita sifilis saja gejalanya tidak berbeda dan tidak menunjukkan gejala yang khas. Perjalanan penyakit ini lebih lambat dalam arti penyakit ini bisa menetap lama di stadium yang sama, serta hasil serologi bisa tidak sesuai dengan stadiumnya.
"Namun seringkali seseorang yang mengalami kondisi ini disertai dengan adanya kelainan pada matanya," ujar staf pengajar divisi infeksi menular seksual departemen kulit dan kelamin FKUI/RSCM.
Dr Farida menyarankan penderita positif HIV yang memiliki sifilis memeriksakan diri ke bagian saraf, mata dan pendengaran.
Jika ditemukan tanda bercak-bercak merah di telapak tangan dan kulit yang tidak gatal patut dicurigai sebagai sifilis.
Ahli penyakit kulit dan kelamin dr Farida Zubaier, SpKK(K) mengungkapkan penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa ditulari melalui hubungan seksual. Bersamaan dengan itu juga mempengaruhi penularan penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya seperti herpes genital dan juga sifilis (raja singa).
"Penyakit Infeksi menular seksual (IMS) yang gejalanya berupa ulkus (luka) pada genital (alat kelamin) cukup sering ditemukan pada orang yang HIV positif. Namun untuk jumlah angka pastinya di Indonesia belum ada," ujar dr Farida dalam acara seminar 'How to deal with HIV/AIDS' di aula FKUI, Salemba, Jakarta, Sabtu (12/6/2010).
Dr Farida menuturkan jika seseorang memiliki penyakit herpes atau sifilis lalu melakukan hubungan seksual dengan orang yang positif HIV, maka virus HIV akan lebih mudah dan lebih cepat masuk ke dalam tubuh si penderita penyakit kelamin.
Sebaliknya jika seseorang sudah positif HIV lalu kemudian terinfeksi penyakit kelamin maka pengobatannya akan lebih lama dan juga sulit untuk didiagnosis.
Ada 2 penyakit infeksi menular seksual yang sering dijumpai pada penderita HIV positif, yaitu:
Herpes genital (herpes kelamin)
Herpes genital yang terjadi pada penderita HIV umumnya tidak memiliki gejala yang khas. Namun ukuran ulkus (luka) yang timbul cenderung lebih besar dan juga lebih dalam. Kejadian rekurensi (munculnya) juga cenderung lebih sering yang membuat proses pengobatannya lebih lama dibandingkan dengan orang yang memiliki herpes genital tanpa HIV.
Penyakit ini lebih banyak menular melalui hubungan kontak kulit dengan penderita. Umumnya gejalanya adalah timbul bintil-bintil di bagian luar alat kelamin yang bentuknya memerah dan membengkak. Virus ini juga bisa menulari bagian tubuh lain seperti mulut.
Sifilis (Penyakit raja singa)
Penderita HIV yang memiliki penyakit sifilis atau penderita sifilis saja gejalanya tidak berbeda dan tidak menunjukkan gejala yang khas. Perjalanan penyakit ini lebih lambat dalam arti penyakit ini bisa menetap lama di stadium yang sama, serta hasil serologi bisa tidak sesuai dengan stadiumnya.
"Namun seringkali seseorang yang mengalami kondisi ini disertai dengan adanya kelainan pada matanya," ujar staf pengajar divisi infeksi menular seksual departemen kulit dan kelamin FKUI/RSCM.
Dr Farida menyarankan penderita positif HIV yang memiliki sifilis memeriksakan diri ke bagian saraf, mata dan pendengaran.
Jika ditemukan tanda bercak-bercak merah di telapak tangan dan kulit yang tidak gatal patut dicurigai sebagai sifilis.
0 Response to "JIKA PENYAKIT HERPES, RAJA SINGA DAN HIV "BERSATU""
Post a Comment