Kelainan pada kulit cenderung diobati dengan sesuatu yang dioleskan. Sayangnya tidak terdapat cukup informasi yang baik bagaimana obat topikal, yang sebagian besar berbentuk salep, lotion, atau lainnya, harus digunakan.
Lagi pula, indikasi pemakaiannya tidak mudah dimengerti oleh awam. Mereka tidak bisa membedakan antara eksem, dermatitis, kurap, jamur, vitiligo, dsb. Karena hidup di Indonesia dengan udara lembap dan panas, segala kelainan di kulit dapat dianggap jamur. Padahal banyak perubahan pada kulit tidak disebabkan jamur saja. Hal ini dimanfaatkan oleh produsen, sehingga berbagai obat jamur yang dioleskan di kulit dipasarkan seperti menjamur. Banyak di antaranya digolongkan sebagai obat bebas atau bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa resep. Akibatnya banyak pasien menggunakan obat bebas itu dengan indikasi tidak benar.
Sebagai organ tubuh yang sensitif, kulit memberikan reaksi yang segera terlihat pada bentuk dan warnanya. Kelainan dapat berupa kering, bersisik, merah, melepuh, ruam, kelainan warna, dan yang sangat mengganggu: gatal.
Mengatasi gangguan ini jelas tidak dengan salep antijamur. Juga, dan terutama, jangan digaruk terlalu keras. Biasanya gatal yang tidak disebabkan oleh hal khusus akan berhenti sendiri bila tidak dirangsang. Sedangkan gatal karena penyakit jamur di kulit sebaiknya didiagnosa dulu oleh dokter. Hanya masalahnya, diagnosa akan dipersulit oleh perubahan yang ditimbulkan salep yang sudah keburu dioleskan.
Semua orang pernah mengalami gatal; yang memang merupakan fenomena menjengkelkan. Namun bila kita ingin menghilangkannya seketika, maka tindakan menggaruk jelas strategi yang salah, meski alamiah. Sebab, begitu Anda menggaruk, apalagi dengan keras, gatalnya akan meningkat eksponensial. Hal selanjutnya yang akan kita lakukan ialah mengambil apa saja untuk dioleskan, salep antihistamin, minyak angin, minyak kayu putih, sering juga air panas, bahkan abu dapur.
Semua hal ini setelah mengurangi rasa gatal sebentar, akan disusul dengan rasa gatal lebih hebat. Ritual selanjutnya terulang kembali. Dengan demikian lingkaran setan ”gatal” itu bertahan sehingga kulit semakin rusak.
Stadium selanjutnya ialah menggunakan salep yang mengandung kortikosteroid, seperti hidrokortison, deksametason, betametason, atau yang lebih poten lagi, fluorokortikosteroid (kortikosteroid yang mengandung fluor). Walau sepintas sepertinya tidak berbahaya, kita patut waspada juga.
Pertama, bisa mengakibatkan semacam ketergantungan, karena rasa gatal kadang-kadang dapat cepat hilang, namun cepat kembali lagi, dan proses pengolesan tidak dapat dihentikan. Kedua, efek sampingan akan timbul, meski lambat. Warna kulit yang diolesi berubah seperti merah kehitaman, kulit menjadi sembap, rasa gatal menghebat di sela waktu antara pemberian salep, rambut dapat tumbuh kasar dan tebal di daerah yang biasanya sedikit tumbuh rambut, kulit juga akan menebal dan kering bersisik, yang disebut neurodermitis. Yang terakhir ini sering timbul di tempat-tempat tertentu, seperti di tengkuk, di siku, atau di kaki bawah. Keadaan ini tentu sangat mengganggu. Tidur pun sulit, dan dapat berlanjut bertahun-tahun. Kita juga dapat terinfeksi oleh garukan kita sendiri.
Singkat kata, bila diserang rasa gatal, pertama, jangan terlalu diacuhkan. Bila penyebabnya tidak serius, sebagian besar akan mereda sendiri dan hilang. Bila dorongan menggaruk tidak dapat dikuasai, sebaiknya bubuhkan bedak salisil, dan lupakanlah gatal tersebut. Karena tidak ada salep tertentu yang cukup aman untuk semua jenis gatal, lebih baik telanlah obat antihistamin, setengah tablet CTM, misalnya. Bila ini masih belum menolong, telusurilah kiranya alergen apa yang menjadi penyebab.
Karena semua yang dioleskan di kulit dapat menimbulkan gatal, tindakan paling masuk akal bila telah mencoba banyak cara tapi tidak membawa perbaikan, hentikanlah tindakan tersebut. Bila masih belum teratasi, konsultasikanlah ke dokter keluarga Anda. Bila dokter memberi kortikosteroid, tablet/kapsul atau salep, oleskan paling lama lima hari. Bila gangguan gatal tak juga surut, hentikanlah pemakaian obat oles tersebut, sambil melapor kembali ke dokter.
Guru Besar Penyakit Kulit di zaman saya belajar dahulu mengatakan, ”Bila gatal, boleh dilihat, dipegang jangan.” Suatu anjuran rasional yang sangat bermanfaat dan ... hemat.
0 Response to "Pemakaian Salep Kulit yang salah"
Post a Comment