Wahai kaum wanita, jangan terlena. Stroke atau penyakit jantung koroner sesungguhnya bukan hanya ancaman kebanyak-an kaum pria. Paling bijaksana, siapkan diri sejak dini agar kelak lolos dari serangannya.
Sudah lama saya bertetangga dan mengenal baik Karina Suciningsih. Ibu dua anak yang duduk di bangku SMP itu luwes bergaul. Gaya hidupnya pun easy going. Sejak suaminya meninggal tiga tahun lalu karena serangan jantung, gaya hidup keluarga itu tak berubah. Di rumah jarang memasak, dan nyaris tak pernah menyempatkan diri berolahraga. Kalau sedang jalan-jalan di pusat perbelanjaan, selalu mampir ke food court. Cari makan enak. Jika bukan nasi campur, ya mengudap sop buntut. Pokoknya, makanan yang gurih berlemak. Selalu begitu. Lezat, katanya.
Tiap kali ditanya, enggak takut kelak kena serangan stroke atau penyakit jantung koroner (PJK), ia selalu berkilah, "Ah, saya 'kan perempuan. Tak banyak wanita yang kena penyakit 'laki-laki' macam itu."
Kalau saja sempat membaca hasil sebuah survei di AS, mungkin Karina akan berkilah lain. PJK memang dua kali lebih besar menyerang pria daripada wanita. Namun, nyatanya, di antara 8 - 9 wanita berusia 45 - 60 tahun dan satu di antara tiga wanita berumur 60 tahun ke atas terserang PJK. Satu dari dua wanita itu meninggal karena PJK atau stroke. Angka kematian ini pun jauh melebihi angka kematian akibat kanker payudara (satu dari 25 kasus). Bahkan, angka kematian akibat PJK pada wanita lebih tinggi ketimbang penderita pria. Di Indonesia kurang lebih juga begitu. Nah, lo!
Data dari Women Heart Institute lebih menukik lagi: 44% wanita yang mendapat serangan jantung meninggal di tahun pertama, sedang pria hanya 27%. Enam tahun pertama setelah serangan jantung, menurut survei, 31% wanita mengalami serangan jantung kedua, sementara pria hanya 23%. Asosiasi Jantung Amerika (AHA) menambahkan, sekitar 73% wanita yang terkena serangan jantung berusia di atas 65 tahun, 27% berusia 45 - 64 tahun, untuk usia 29 - 44 tahun di bawah angka itu.
Tak perlu pusing dengan angka-angka yang "ruwet" itu. Yang penting, kaum wanita perlu waspada terhadap ancaman penyakit pembunuh kelas wahid di dunia itu, khususnya yang memasuki usia menopause (50-an tahun). Sebelum masa itu, wanita memang dikaruniai keistimewaan. Mereka terlindung dari PJK oleh hormon estrogen yang mencegah terjadinya arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah jantung). Sebab, hormon itu ikut menguatkan pembuluh darah.
Namun, wanita di bawah usia itu bisa pula terkena bila orang tuanya pernah mengidap PJK atau memainkan gaya hidup kurang benar (overtiredness, pola makan buruk, dll.).
Life begins at 40?
Prinsip gaya hidup sehat memang sedap di mulut, tapi tak mudah dijalani. Soal makan, misalnya, kita nyaris sulit terbebas dari makanan "beracun". Menurut buku Exercise Physiology 3rd Edition karangan Lea & Fabinger, sepotong dada ayam (broiler) goreng mengandung 257 kalori, sepotong hamburger 257 kalori, cheeseburger 318 kalori, dan pizza supreme 640 kalori. Belum lagi kentang goreng dan minuman manis atau es krim yang biasa menyertai.
Selain bisa menambah bobot badan, kudapan ala Barat berkalori tinggi itu ikut melejitkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) - salah satu pemicu menyempitnya pembuluh darah dan naiknya tekanan darah.
Bagaimana dengan masakan Indonesia? Tidak beda-beda amat. Masakan padang yang pekat santan, sate kambing, soto jeroan, atau sop buntut juga tinggi kalori. Di sana juga termaktub benih-benih penyumbat pembuluh darah jantung.
Lantas bagaimana?
Dokter ahli gizi bilang, tekad dan kesadaran untuk hidup sehat sejak wanita berusia 40-an tahun merupakan kunci nihilnya serangan PJK dan stroke di usia menopouse yang sudah di ambang pintu.
Namun, swear, tak mudah menjalaninya. Apalagi ada ungkapan, Life Begins at 40. Di usia ini banyak orang sedang giat-giatnya bekerja. Kondisi ekonomi keluarga menjadi lebih baik. Makan enak di restoran sembari ngrumpi bersama teman-teman menjadi hal biasa. Bekerja hingga larut malam tanpa memperhitungkan istirahat bukan barang aneh. Berolahraga pun hanya berhenti pada niat.
Jalan keluarnya cuma satu, laksanakan, tentu dengan tekad dan kesadaran penuh untuk meng-ikuti gaya hidup sehat. Soal makan, wanita yang menginjak usia kepala empat sudah sepatutnya tak lagi mudah tergiur pada makanan yang dapat memicu PJK atau stroke, seperti makanan tinggi lemak, gula, garam, dll.
Dengan membatasi asupan lemak, misalnya, kadar kolesterol total dalam darah diharapkan berada pada batas normal, tak lebih dari 200 mg% (LDL di bawah 150 mg% dan HDL cukup 35 - 65 mg%). Kadar trigliserida juga diharapkan tak lebih dari 200 mg%. Ini penting karena kadar trigliserida tinggi yang dibarengi kadar kolesterol tinggi, makin mengancam kesehatan pembuluh darah jantung.
Sebaliknya, menjelang dan setelah usia menopause wanita dianjurkan memperbanyak makanan berserat (sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, beras merah, havermout, sereal), ikan laut tinggi omega-3, serta minum air putih dan jus buah.
Omega-3 - asam lemak tak jenuh ganda - membantu menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida. Jangan lupa makan buah-buahan merah seperti pepaya, tomat, dan wortel sebagai sumber zat gizi antioksidan (vitamin E, C, dan provitamin A). Ju-ga sumber antioksidan nongizi macam tahu dan tempe. Ketika memasak sehari-hari, gunakan minyak goreng tak jenuh.
Mau ke pesta? Boleh-boleh saja, asal makan secukupnya. Pola berpuasa atau diet lemak dan gula sehari-dua hari sehabis pesta besar mungkin bisa diupayakan. Atau, menjalankan berbagai cara diet sehat sesuai anjuran pakar atau dokter gizi.
Selain itu, lakukan cek kesehatan secara rutin untuk mengetahui kondisi kesehatan secara menyeluruh. Misalnya, enam bulan hingga satu tahun sekali menjalani pemeriksaan EKG (elektrokardiogram). Bila perlu, uji treadmill untuk mengetahui kinerja jantung. Walaupun sensitivitas alat ini hanya 70 - 80%, setidaknya mampu mendiagnosis dini kemungkinan adanya PJK.
Jangan pula lupa mengontrol tekanan darah, yang sering memicu terjadinya stroke. Di Indonesia diperkirakan, 36% lansia di atas 65 tahun mendapat serangan stroke, meski tidak tercatat berapa persen menyerang kaum hawa.
Tekanan darah pada wanita dikatakan normal, bila tekanan sistoliknya (angka atas) tak lebih dari 140 mmHg dan diastoliknya (angka bawah) tak lebih dari 90 mmHg. Angka idealnya, 120/80. Tekanan darah baru dibilang tinggi kalau tekanan sistoliknya di atas 160 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg. Sinyal bahaya akan makin nyata, jika dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 - 8 minggu, kondisi tekanan darah tetap tinggi. Ingat, penyakit tekanan darah tinggi bukan monopoli kaum lansia.
Rileks, tapi aktif
Agar jauh dari PJK dan stroke, perhatian terhadap kadar gula darah tak terelakkan. Banyak kasus PJK dan stroke berawal dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Kadar gula yang berlebihan akan lebih mudah merusak pembuluh darah. Batas normal kadar gula darah saat puasa adalah 100 mg/dl dan dua jam setelah makan 140 mg/dl.
Kegemukan perlu dicegah, bila ingin lolos dari lubang jarum. Sebab, kalau bobot badan Anda 30% lebih dari bobot ideal, kadar kolesterol bisa naik, bahkan mengundang tekanan darah tinggi dan diabetes. Jika telanjur gemuk, rem harus lebih pakem biar bisa mengurangi makanan berkalori tinggi. Sebaliknya, konsumsi makanan berserat tinggi dan berolahraga perlu digenjot. Lebih sip lagi, semua itu dilakukan di bawah pengawasan ahli atau dokter gizi. Tindakan sembarangan, seperti minum obat atau jamu pencahar, obat pelangsing, obat yang bersifat diuretik, dan lainnya tanpa pengawasan dokter, justru bisa membahayakan tubuh.
Tak kalah penting, mengendalikan stres dan emosi. Orang bertipe temperamental, emosional, serta mudah cemas dan gelisah, cenderung lebih mudah tersenggol gangguan jantung dan tekanan darah tinggi. Resep Ibu Lina (80) yang kesehatannya masih tergolong baik untuk ukuran wanita seusianya mungkin pantas diikuti: jalani hidup apa adanya. "Hadapi segala masalah dengan kepala dingin dan lakukan pekerjaan dengan tenang," ungkapnya.
Hidup rileks tapi tetap aktif juga menjadi kunci sukses untuk sehat. Yang bekerja tetaplah menekuni pekerjaannya. Yang suka berdansa-dansi atau senam poco-poco, lakukanlah dengan suka cita. Selain menyenangkan, kegiatan macam ini berguna untuk membakar kalori dalam tubuh. Begitu pula berkebun, berjalan kaki di pagi hari tiga kali seminggu, masing-masing setengah sampai satu jam, atau melakukan tugas-tugas rumah tangga.
Hindari juga rokok. Wanita perokok berisiko mendapat serangan jantung 19 kali lebih besar ketimbang yang tidak.
Bagaimana? Mau menyongsong usia menopause dengan ancaman PJK atau stroke? Atau sebaliknya, menikmati masa henti haid dengan penuh keceriaan tanpa dihantui penyakit mematikan itu? Pilihannya terserah Anda.
Sumber: www.artikelpintar.com
0 Response to "Perlunya Wanita Mewaspadai Stroke dan Penyakit Jantung Koroner"
Post a Comment