Sejumlah dokter yang menangani penderita malaria di Kota Bengkulu, masih ragu memberikan jenis obat terbaru penyakit itu untuk membunuh parasit di dalam tubuh pasien.
"Obat malaria untuk mendukung Sumatera salah satunya Bengkulu agar bebas malaria masih sangat jarang diberikan dokter di Puskesmas karena khawatir efek sampingnya," kata Kadinkes Kota Bengkulu Mixon Syahbuddin, Minggu.
Obat malaria jenis terbaru tersebut yakni Arterimisinin based Combination Therapies (ACT) yang dapat menimbulkan efek samping agak lemas, mual dan pusing berlebihan.
"Kalau dulu obat malaria yang diberikan antara lain klorokuin, suldox atau fansidar, namun sekarang tidak efektif lagi karena parasit malaria sudah kebal terhadap jenis obat tersebut," ujarnya.
Untuk mengurangi efek samping dari pemberian obat malaria jenis ACT tersebut kemudian dimunculkan jenis obat Dihydroarterimisinin Combination Piperaquin (DHP) yang sudah diluncurkan sejak satu tahun lalu.
"Efek samping yang ditimbulkan obat jenis DHP ini lebih ringan daripada ACT untuk mengurangi kekhawatiran para dokter. Namun secara umum obat malaria itu berefek mual-mual," ujarnya.
Untuk mengurangi efek samping tersebut para penderita malaria dapat menyiasatinya dengan meminum obat sebelum tidur, atau disertai dengan meminum obat maag.
Pemberian obat malaria jenis ACT dan DHP tersebut setelah pasien dipastikan positif terjangkit malaria melalui pemeriksaan mikroskopis/RDT.
Bagi yang sudah positif malaria akan diberikan obat sesuai dengan resep dokter agar parasit yang ada pada tubuh pasien betul-betul dihilangkan sehingga malaria pada pasien tersebut tidak akan kambuh lagi.
"Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan. obat jenis terbaru ini efektif membunuh parasit malaria sampai ke sel darah," ujarnya.
Malaria dapat disembuhkan dengan mendapatkan pengobatan yang tepat, bila tidak ditangani malaria dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari tujuh hari, atau dapat menyebabkan kekambuhan karena pengobatan yang tidak tuntas atau meminum obat malaria yang tidak tepat.
Sebaiknya malaria berat segera ditangani kurang dari 24 jam untuk mencegah terjadinya komplikasi organ tubuh lain yang lebih berat.
Meskipun saat ini sudah ada obat jenis terbaru namun jenis lama masih digunakan untuk mengantisipasi penyakit malaria pada daerah terpencil yang belum terjangkau dengan pengobatan jenis terbaru ini.
"Penggunaan obat malaria jenis terbaru ini tergantung kebijakan Puskesmas masing-masing, kami sudah mengeluarkan surat edaran agar memberikan obat jenis ACT dan DHP kepada pasien," katanya.
Ia menerangkan, penderita malaria di Bengkulu masih tinggi terbukti dari Januari hingga Mei 2011 sebanyak 5.295 warga terjangkit penyakit mematikan tersebut.
Penyakit malaria ditularkan melalui nyamuk anopheles yang mempunyai ciri-ciri posisi tubuhnya menungging saat menghisap darah manusia dan hanya menggigit pada malam hari.
Tanda-tanda malaria antara lain demam menggigil dengan suhu badan di atas 38 derajad celsius, muka pucat, nyeri di seluruh tubuh, mual, muntah dan kehilangan nafsu makan.
"Untuk mencegah penyakit malaria ini dapat dilakukan dengan tidur di dalam kelambu, memberantas sarang nyamuk anopheles dengan menyemprotkan racun,dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat," ujarnya.
Program Indonesia bebas malaria 2030 diluncurkan oleh kementerian Kesehatan RI untuk mengeliminasi penyebaran penyakit mematikan tersebut. Untuk wilayah Sumatera ditargetkan bebas malaria pada 2020.
Langkah-langkah untuk menuju Indonesia bebas malaria dengan memberikan kelambu kepada ibu hamil, bayi dan balita serta memberikan obat malaria gratis kepada para penderita.
http://sehatnews.com
0 Response to "Dokter Masih Ragu Berikan Obat Malaria Terbaru"
Post a Comment