Penjahat Virtual Kini Incar Pemasang Iklan

Penjahat Virtual Kini Incar Pemasang Iklan - “Saya ibu Farida yg kmr melihat rmh Anda.Sy berminat dg rmh tsb.Utk nego hub.swami sy H.Dadang no telp: …..”. Itulah sms pertama yang saya terima, sesaat (sekitar 10 menit) setelah memasang iklan online jual rumah di sejumlah situs jual-beli online. Begitu cepatkah responnya? Aneh memang. Ini saya sebut keanehan pertama. Pasalnya saya tidak mencantumkan alamat lengkap rumah yang saya jual dan hanya menyebutkan lokasi perumahan.

Tapi saya mencoba positive thinking. Mungkin yang dimaksud, dia sudah melihat lokasi perumahan. Bisa jadi juga dia sudah survei sana-sini, membanding-bandingkan harga dan sumpek ingin segera memiliki rumah sesuai kocek. Saya pun mencoba menghubungi nomor yang disebut. Tanpa banyak basa-basi, si ‘H.Dadang’ langsung membuka penawaran dengan harga tinggi. Bahkan ’suami ibu Farida’ itu tak membutuhkan waktu lama untuk sepakat ‘deal’ harga. Hal yang tidak lazim dalam proses transaksi jual beli rumah. Bagian ini saya sebut keanehan kedua.

Keanehan ketiga, Si ‘H. Dadang’ ini juga langsung mengatakan agar rumah ditahan (tidak dijual kepada pembeli lain). Untuk meyakinkan saya (pemasang iklan), dia mengatakan akan segera menransfer DP Rp 10 juta ke rekening saya. Sebenarnya, di bagian inipun saya sudah bertanya-tanya. Dalam waktu singkat, tanpa bertatap muka, tanpa melihat dahulu kelengkapan surat-surat rumah, calon pembeli langsung mengatakan ‘deal’ dan mau menransfer sejumlah uang sebagai DP ke rekening saya? Kalau memang benar, wah betapa cerobohnya orang ini .. Apa dia tidak khawatir kalau saya akan melarikan dananya??

Di tengah keragu-raguan saya, tiba-tiba ada begitu banyak telepon dan sms masuk yang intinya menanyakan perihal rumah tersebut. Bahkan ada yang mengaku berani membayar lebih tinggi dari harga ‘deal’ saya dengan si ‘H.Dadang’. Tapi karena saya sudah terikat komitmen dengan ‘H.Dadang’ yang mengaku sedang melakukan proses transfer DP ke rekening saya, sementara waktu mereka semua saya tahan hingga ada kepastian. Pada saat itulah sebenarnya saya melihat ada kejanggalan lagi. Dari semua sms yang masuk, ada satu diantaranya yang redaksionalnya (teks) hampir sama dengan bunyi sms dari ibu Farida. Hanya saja, dia tidak menyebutkan dari ibu Farida, tapi dari ibu Anisa dan suaminya bernama H.Ridwan. Ini keanehan ke empat.

Saya dan suami mulai curiga. Namun mencoba mengikuti saja. Betul juga, tidak berapa lama Si ‘H.Dadang’ menelepon dan mengatakan sudah menransfer uang yang dimaksud ke rekening saya. Saat itu juga, saya mengecek .. ternyata tidak ada Rp 10 juta seperti yang dia sebutkan. Di sini, kecurigaan makin menguat. Saya sebut ini keanehan ke lima. Merasa sudah menransfer uang Rp 10 juta, tapi ketika saya beritahukan bila transferan tersebut tidak ada, sama sekali tidak ada keterkejutan atau khawatir di nada suaranya. Bahkan dengan sangat tenangnya dia menawarkan jasa menghubungkan saya dengan petugas layanan bank swasta untuk ‘mengurus’ proses transaksi yang gagal tersebut.

Keanehan ke enam sekaligus ke tujuh. Hanya butuh sekian detik ‘Si H.Dadang’ menghubungkan saya dengan petugas bank. Dan bukannya menyarankan saya agar menghubungi kantor bank terdekat, ‘petugas’ ini malah mengatakan akan memandu langkah-langkah saya untuk ‘menyelamatkan’ dana. Saya langsung berkesimpulan ini pasti tidak beres. Tanpa ba bi bu saya langsung menanyakan identitas ‘petugas’ bank, nomor Id dan bekerja di kantor cabang mana. Saya juga langsung mengatakan tidak akan pernah sudi dipandu, memberikan identitas apapun, apalagi menunjukkan PIN kepadanya. Saat itu juga si petugas langsung mematikan telepon !! Saya hanya berfikir seandainya data-data dan PIN itu benar saya berikan … apa jadinya??

Wah, modus baru nih .. Dan saya meyakini sudah banyak pemasang iklan, baik di koran cetak maupun online yang menjadi korban H Dadang atau H Ridwan atau siapapun namanyalah, si penjahat virtual ini. Rupanya modus operandi para penjahat virtual ini terus berkembang. Bila sebelumnya, kehadiran mereka telah berhasil ‘mengacak-ngacak’ kepercayaan konsumen pada transaksi online dengan menyediakan banyak situs abal-abal sebagai ajang mengeruk uang dengan cara menipu, sekarang bergeser si pemasang iklan asli yang justru jadi sasaran. Sungguh memprihatinkan. Kalau saya yang tiap hari terbiasa berjibaku dengan ‘hitam putih’ dunia online dan terbiasa dengan e-banking saja hampir jadi korban, bagaimana dengan mereka yang hanya mengandalkan kepercayaan dalam menjalankan transaksi bisnisnya??

Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan ini, sudah saatnya pihak-pihak yang bersentuhan dengan dunia virtual crime ini bertindak. Aparat keamanan, provider, lembaga perbankan adalah beberapa institusi yang bisa saling bekerjasama untuk menangkap para penjahat virtual ini. Bukankah kejahatan via teknologi jauh lebih mudah terdeteksi, apalagi bila itu menggunakan fasilitas hape atau telepon genggam? Soal teknis, saya yakin pihak kepolisian dan lembaga-lembaga yang saya sebutkan di atas, jauh lebih tahu bagaimana seharusnya dilakukan. Tapi yang terpenting dari semuanya adalah sikap kehati-hatian, dan kewaspadaan yang harus tetap kita kedepankan dalam setiap transaksi bisnis yang kita jalankan. Tips-tips dan cara-cara untuk mengenali ‘bisnis abal-abal’ banyak sekali tersedia di blog-blog dan bertebaran di bank datanya Mbah Google. Silahkan tanya di sana.

Sementara itu, pasca ‘putus hubungan’ dengan H.Dadang, telepon dan sms terus berdatangan ke hape saya. Bukan lagi aneh, tapi lucu. Karena dari belasan sms yang masuk dari nomor yang berbeda, teks atau redaksionalnya sama, hanya nama ibu dan suaminya yang berbeda. “Saya ibu ….berminat membeli rumah Anda. Nego harga dengan suami saya H ….”. Tercatat sudah semua nomor masuk dan nomor-nomor para bapak Haji itu, lalu saya kirim pesan balik ke mereka. “Selamat. Anda berhak mendapatkan hadiah Rp 1 milyar karena sudah melihat iklan saya.Selanjutnya hadiah bisa hubungi H Dadang no: ….. “.  Ajaib.  Setelah itu saya tidak lagi terganggu dengan sms sampah yang berdatangan hampir 1 menit sekali itu ….  **

**semoga bermanfaat

ilustrasi : google image

0 Response to "Penjahat Virtual Kini Incar Pemasang Iklan"