ﺑِﺴْــــــــــــــــﻢِ ﺍﷲِﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﺍﺭَّﺣِﻴﻢ
Saya ada cerita tentang sahabat saya yang
berbeda profesi tapi “amalannya” sama dengan
saya. Dia selalu menjaga sholat di awal waktu.
Apa yang terjadi? Dengan menjaga sholat wajib
di awal waktu ternyata dia mendapatkan
keberkahan yang tidak pernah terbayang
sebelumnya.
Sahabat saya yang satu ini, profesi awalnya
adalah sopir angkot. Setiap hari dia menyupir
angkot dengan sistem setoran ke majikan. Setor
karena angkotnya punya orang lain.
Nah suatu hari, majikannya bangkrut, karena
semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya
sahabat saya ini, katakanlah Udin, jadi tidak
punya mata pencaharian. Karena angkot
majikannya sudah dijual.
Karena Udin bukan tipe orang yang gampang
putus asa, akhirnya dia mencari pekerjaan lain.
Dipilihlah becak sebagai jalan ikhtiarnya. Sebab
hanya berprofesi sebagai tukang becak,
kehidupannya pun sangat sederhana, kalau tidak
mau dikatakan kurang.
Dia tinggal bersama tiga putri dan seorang
istrinya di sebuah rumah kontrakan yang mungkin
cuma layak disebut kamar. Tidak ada yang
istimewa dari kehidupan sehari-harinya. Pagi-pagi
pergi dari rumah mencari penumpang, sore
pulang. Setiap hari seperti itu.
Namun setelah dicermati, tenyata ada satu hal
yang membuat Udin berbeda dari abang becak
lainnya, bahkan dari kebanyakan kita. Udin selalu
menjaga sholat diawal waktu, dan selalu dia
lakukan di Masjid.
Dimanapun dia berada selalu menyempatkan
bahkan memaksakan sholat diawal waktu. Setiap
mendekati waktu sholat, jika tidak ada
penumpang, dia akan mangkal di tempat yang
dekat dengan masjid. Iya mendekati masjid.
Pokoknya dia tidak pernah ketinggalan sholat
wajib awal waktu bahkan selalu berjamaah di
masjid. Dan tenyata itu sudah berlangsung lebih
dari dua tahun. Ternyata istri dan ketiga putrinya
pun begitu, mereka selalu sholat diawal waktu,
meskipun berada di rumah.
Singkat cerita, suatu hari ketika saya sedang
mangkal di salah satu hotel berbintang di
Bandung. Ada seorang ibu turun dari mobil Merci
tiba-tiba mendekati saya dan meminta untuk
diantar ke salah satu tempat perbelanjaan di
kawasan alun-alun kota Bandung, kata Udin.
Ketika si Ibu itu bilang minta dianter memakai
becak saya malah balik nanya. “Engga salah Bu
naik becak ?” kata Udin.
“Engga Bang, jalanan macet, biar mobil disimpen
di hotel aja, sekalian sopir saya istirahat,” jawab
si Ibu.
Maka diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan
yang dia minta. Saya pun mengayuh becak masih
dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-
alun Bandung, terdengarlah suara adzan dzuhur
dari Masjid Raya Jawa Barat.
“Saya langsung belokkan becak ke pelataran
parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa yang
saya lakukan”, kata Udin.
“Bang kok berhenti disini?” kata si Ibu.
“Iya Bu, udah adzan, Allah udah manggil kita buat
sholat.”
“Saya mau sholat dulu. Ibu turun disini aja,
tokonya udah dekat koq, di belakang masjid ini.
Biarin Bu GA USAH BAYAR.”
“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,” kata
si Ibu.
“Kalo Ibu mau saya anter saya sholat dulu, ya,
Bu.”
Setelah selesai sholat Udin pun kembali menuju
ke becaknya. Ternyata si Ibu dan asistennya
masih nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke
pusat perbelanjaan di belakang Masjid Raya.
“Bang tunggu disni ya, ntar antar lagi saya ke
hotel,” kata si Ibu.
“Iya Bu, tapi kalo Ibu balik lagi ke becak pas
adzan ashar, ibu tunggu dulu disini, saya jalan
kaki ke masjid.”
Singkat cerita si Ibu kembali ke becak jam 15.30.
Kemudian di becak dia nanya di mana Udin
tinggal.
Si Ibu penasaran dengan kebiasaan Udin, demi
sholat diawal waktu berani meninggalkan
penumpang di becak, ga peduli dibayar atau
tidak. “Bang, saya pengen tau rumah abang,”
kata si Ibu.
“Waduh emangnya kenapa Bu?” tanya Udin
kaget.
“Saya pengen kenal sama keluarga abang,” kata
si Ibu.
“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagian di rumah
saya engga ada apa-apa.”
Si Ibu terus memaksa. Akhirnya setelah
menunggu si Ibu sholat jamak dzuhur dan ashar
di hotel, mereka pun pergi menuju rumah Udin.
Tapi kali ini Udin pakai becak, si Ibu mengikuti di
belakangnya pake mobil Merci terbaru. Setibanya
di rumah kontrakan Udin, si Ibu kaget, karena
rumahnya sangat kecil. Tapi kok berani tidak
dibayar demi sholat.
Mungkin karena penasaran si Ibu nanya. “Bang
koq berani engga dibayar?”
“Rezeki itu bukan dr pekerjaan kita Bu, rezeki itu
dari Allah, saya yakin itu. Makanya kalo Allah
manggil kita harus dateng.”
“Haiyya ‘Alal Fallaah … kan jelas Bu. Marilah kita
menuju kemenangan, kesejahteraan,
kebahagiaan. Saya ikhtiar udah dengan narik
becak, hasilnya gimana Allah. yang penting
kitanya takwa ke Allah ya kan Bu?” kata Udin.
“Saya yakin janji Allah di QS Al-Baqarah ayat 3.”
kata Udin. Si Ibu pun terdiam sambil meneteskan
air mata.
Setelah dikenalkan dan ngorol dgn keluarga Udin
si Ibu pun pamit. Sambil meminta Udin
mengantarkannya kembali minggu depan.
“Insya Allah saya siap Bu,” kata Udin. Si Ibu pun
pamit sambil memberi ongkos becak ke Istrinya
Udin. Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang
dimasukan kedalam amplop dibuka oleh Udin.
Ternyata isinya satu juta rupiah. Udin dan
keluarganya pun kaget dan bersyukur atas apa
yang telah Allah berikan melewati si Ibu tadi.
Seminggu kemudian Udin mendatangi hotel
tempat si Ibu menjanjikan. Setelah bertanya ke
satpam, Udin tidak diperbolehkan masuk. Satpam
tidak percaya ada tamu hotel bintang lima janjian
sama seorang tukang becak. Udin ga maksa, dia
kembali ke becaknya.
Nah, itu pula yang sering kita lakukan, seringkali
kita melihat orang dari penampilannya. Padahal
Allah tidak melihat pangkat, jabatan, pekerjaan,
harta, warna kulita kita. Allah hanya melihat
ketakwaan kita. Karena penasaran Udin ga
masuk-masuk ke Lobby Hotel, akhirnya si Ibu
keluar, dan melihat Udin sedang tertidur di
becaknya.
“Bang, kenapa engga masuk?” Tanya si Ibu
sambil membangunkan Udin.
“Ga boleh sama satpam Bu,”jawab Udin.
“Bang, kan kemaren abang yang ngajak saya
jalan-jalan pake becak. Sekarang giliran saya
ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata
si Ibu.
“Lah, Ibu ini gimana sih, katanya mau saya anter
ke toko lagi,” kata Udin.
“Iya mau dianter tapi bukan ke toko bang,” kata
si Ibu di awal waktu.
Setelah diajak naik mobil Merci nya si Ibu, Udin
pun menolaknya, karena dia merasa
kebingungan.
“Mau dibawa kemana saya Bu ?”
“Udah saya pake becak saya aja, ngikut di
belakang mobil Ibu. Engga pantes saya naik
mobil sebagus itu,” kata Udin.
“Lagian becak saya mau ditaro dimana?”
Namun setelah dibujuk oleh sopir dan asisten si
Ibu, Udin pun mau ikut naik mobil. Becaknya
dititip di parkiran belakang hotel.
Berangkatlah mereka dari hotel. Masih dengan
rasa penasaran Udin pun bertanya, “mau kemana
sih Bu?”
Di salah satu kantor Bank Syariah, mereka pun
berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata
asisten si Ibu.
“Waduh apalagi nih?” pikir Udin.
“Buat apa Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus
KTP buat apa?”, kata Udin heran.
Akhirnya asisten si Ibu menjelaskan, bahwa
ketika minggu lalu mereka diantar Udin belanja, si
Ibu mendapatkan sebuah pelajaran.Pelajaran
hidup yang sangat mendalam. Dimana seorang
abang becak dengan kehidupan yang pas-pasan
tapi begitu percaya kepada janji Allah.
Sementara si Ibu yang merupakan seorang
pengusaha besar dan suaminya pun pengusaha,
selama ini kadang ragu pada janji Allah.
Seringkali, akibat kesibukan mengurus usaha,
belanja, meeting dll, dia menunda-nunda sholat.
Bahkan tidak jarang lupa sholat.
“Nah sejak minggu lalu setelah pulang dari
Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia
selalu berusaha sholat awal waktu”, kata asisten.
Saat pulang ke Jakarta, suaminya pun heran
dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga punya
kebiasaan yang sama dengan istrinya. Setelah
diceritakan asal mula perubahan itu, suaminya
pun menyadari, bahwa selama ini mereka salah.
Terlalu mengejar dunia. Oleh karena itu Ibu dan
suaminya ingin menghadiahi abang Udin untuk
berangkat haji. Mendengar akan
DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Udin pun kaget
campur bingung.
Dengan spontan Udin MENOLAK hadiah itu.
“Engga mau neng, saya engga mau berangkat
haji dulu. Meskipun itu doa saya tiap hari.”
“Loh koq engga mau Bang?” kata asisten kaget.
“Apa kata tetangga dan sodara-sodara saya nanti
neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke haji bisa
tapi masih ngebecak?”
“Memang berangkat haji adalah cita-cita saya.
Tapi nanti setelah saya mendapatkan pekerjaan
selain narik becak neng.”
Akhirnya asisten berdiskusi dengan si Ibu. Sambil
menunggu mereka diskusi. Udin pun tidak henti-
hentinya bertanya pada Allah.
“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Udin.
Tidak lama si Ibu menghampiri Udin dan bertanya
“Bang, kan abang bisa bawa mobil, bagaimana
kalau menjadi supir di perusahaan saya di
Jakarta?”
“Waduh … Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya
gimana disini. Anak-anak masih butuh bimbingan
saya. Apalagi semuanya perempuan. Kayaknya
engga deh Bu. Biar saya pulang aja deh. Insya
Allah kalau Allah ridho lain kali pasti saya
diundang untuk berhaji.”
Akhirnya si Ibu membujuk Udin untuk mendaftar
haji dulu. Brangkatnya mau kapan terserah, yang
penting dia menjalankan amanat suaminya.
Kemudian si Ibu menelpon suaminya,
menjelaskan kondisi yang ada mengenai Udin.
Setelah selesai mendaftar haji di Bank, kemudian
mereka pergi menuju sebuah dealer mobil.
“Kok masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu mau beli
mobil lagi? Mobil ini kurang gimana bagusnya?”
kata Udin bingung. Sambil tersenyum si Ibu
meminta Udin menunggu di mobil. Dia pun turun
bersama asistennya. Selang setengah jam, si Ibu
kembali ke mobil sambil membawa kwitansi
pembayaran tanda jadi mobil.
“Nih bang, barusan saya sudah membayar tanda
jadi pembelian mobil angkutan umum,
pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”
“Mobil angkutan umum ini buat bang Udin, hadiah
dari suami saya.” Kata si Ibu.
“Jadi sambil menunggu keberangkatan abang ke
haji tahun depan, abang bisa menabung dengan
usaha dari mobil angkutan milik sendiri.”
Sambil meneteskan air mata tidak henti-hentinya
Udin mengucap syukur kepada Allah.
“Ini bukan dari saya dan suami saya, ini dari
Allah melalui perantaraan saya,” kata si Ibu.
“Hadiah karena abang selalu menjaga sholat
diawal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang
sangat berharga bagi saya dan suami.”
“Mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah
menjaga sholat awal waktu, ya, bang,” kata si
Ibu.
Akhirnya mereka pun kembali ke hotel, namun
sebelumnya mampir di masjid untuk sholat
dzuhur berjamaah.Setelah sholat dzuhur
kemudian makan siang, mereka pun berpisah.
Udin pulang ke rumah dengan becaknya. Si Ibu
langsung ke Jakarta.
Setelah itu kehidupan Udin semakin membaik.
Dia sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil.
Yang tadinya dia seorang supir angkot dan abang
becak, sekarang dia jadi pemilik angkot dan
sudah berhaji.
Alhamdulillah sampai saat ini Udin masih terus
menjaga sholat awal waktu, malah semakin yakin
dengan janji Allah. Cerita ini merupakan KISAH
NYATA, meskipun ada beberapa penambahan dan
pengurangan dalam penuturannya.
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua,
dan menjadikan kita semakin yakin dengan janji
Allah.
Sahabat, .. poin dari cerita ini adalah ketika Allah
berkehendak, semuanya akan menjadi nyata.
Mari kita jaga sholat di awal waktu, untuk
mendapatkan keberkahan dari-Nya.
“Jangan tinggalkan pula sholat dhuha dan
tahajud-nya yach .. Semangat!!” Demikian netizen
mengakhiri kisah yang dibaginya. Allahu akbar!.
(adibahasan/ arrahmah.com )
Saya ada cerita tentang sahabat saya yang
berbeda profesi tapi “amalannya” sama dengan
saya. Dia selalu menjaga sholat di awal waktu.
Apa yang terjadi? Dengan menjaga sholat wajib
di awal waktu ternyata dia mendapatkan
keberkahan yang tidak pernah terbayang
sebelumnya.
Sahabat saya yang satu ini, profesi awalnya
adalah sopir angkot. Setiap hari dia menyupir
angkot dengan sistem setoran ke majikan. Setor
karena angkotnya punya orang lain.
Nah suatu hari, majikannya bangkrut, karena
semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya
sahabat saya ini, katakanlah Udin, jadi tidak
punya mata pencaharian. Karena angkot
majikannya sudah dijual.
Karena Udin bukan tipe orang yang gampang
putus asa, akhirnya dia mencari pekerjaan lain.
Dipilihlah becak sebagai jalan ikhtiarnya. Sebab
hanya berprofesi sebagai tukang becak,
kehidupannya pun sangat sederhana, kalau tidak
mau dikatakan kurang.
Dia tinggal bersama tiga putri dan seorang
istrinya di sebuah rumah kontrakan yang mungkin
cuma layak disebut kamar. Tidak ada yang
istimewa dari kehidupan sehari-harinya. Pagi-pagi
pergi dari rumah mencari penumpang, sore
pulang. Setiap hari seperti itu.
Namun setelah dicermati, tenyata ada satu hal
yang membuat Udin berbeda dari abang becak
lainnya, bahkan dari kebanyakan kita. Udin selalu
menjaga sholat diawal waktu, dan selalu dia
lakukan di Masjid.
Dimanapun dia berada selalu menyempatkan
bahkan memaksakan sholat diawal waktu. Setiap
mendekati waktu sholat, jika tidak ada
penumpang, dia akan mangkal di tempat yang
dekat dengan masjid. Iya mendekati masjid.
Pokoknya dia tidak pernah ketinggalan sholat
wajib awal waktu bahkan selalu berjamaah di
masjid. Dan tenyata itu sudah berlangsung lebih
dari dua tahun. Ternyata istri dan ketiga putrinya
pun begitu, mereka selalu sholat diawal waktu,
meskipun berada di rumah.
Singkat cerita, suatu hari ketika saya sedang
mangkal di salah satu hotel berbintang di
Bandung. Ada seorang ibu turun dari mobil Merci
tiba-tiba mendekati saya dan meminta untuk
diantar ke salah satu tempat perbelanjaan di
kawasan alun-alun kota Bandung, kata Udin.
Ketika si Ibu itu bilang minta dianter memakai
becak saya malah balik nanya. “Engga salah Bu
naik becak ?” kata Udin.
“Engga Bang, jalanan macet, biar mobil disimpen
di hotel aja, sekalian sopir saya istirahat,” jawab
si Ibu.
Maka diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan
yang dia minta. Saya pun mengayuh becak masih
dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-
alun Bandung, terdengarlah suara adzan dzuhur
dari Masjid Raya Jawa Barat.
“Saya langsung belokkan becak ke pelataran
parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa yang
saya lakukan”, kata Udin.
“Bang kok berhenti disini?” kata si Ibu.
“Iya Bu, udah adzan, Allah udah manggil kita buat
sholat.”
“Saya mau sholat dulu. Ibu turun disini aja,
tokonya udah dekat koq, di belakang masjid ini.
Biarin Bu GA USAH BAYAR.”
“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,” kata
si Ibu.
“Kalo Ibu mau saya anter saya sholat dulu, ya,
Bu.”
Setelah selesai sholat Udin pun kembali menuju
ke becaknya. Ternyata si Ibu dan asistennya
masih nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke
pusat perbelanjaan di belakang Masjid Raya.
“Bang tunggu disni ya, ntar antar lagi saya ke
hotel,” kata si Ibu.
“Iya Bu, tapi kalo Ibu balik lagi ke becak pas
adzan ashar, ibu tunggu dulu disini, saya jalan
kaki ke masjid.”
Singkat cerita si Ibu kembali ke becak jam 15.30.
Kemudian di becak dia nanya di mana Udin
tinggal.
Si Ibu penasaran dengan kebiasaan Udin, demi
sholat diawal waktu berani meninggalkan
penumpang di becak, ga peduli dibayar atau
tidak. “Bang, saya pengen tau rumah abang,”
kata si Ibu.
“Waduh emangnya kenapa Bu?” tanya Udin
kaget.
“Saya pengen kenal sama keluarga abang,” kata
si Ibu.
“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagian di rumah
saya engga ada apa-apa.”
Si Ibu terus memaksa. Akhirnya setelah
menunggu si Ibu sholat jamak dzuhur dan ashar
di hotel, mereka pun pergi menuju rumah Udin.
Tapi kali ini Udin pakai becak, si Ibu mengikuti di
belakangnya pake mobil Merci terbaru. Setibanya
di rumah kontrakan Udin, si Ibu kaget, karena
rumahnya sangat kecil. Tapi kok berani tidak
dibayar demi sholat.
Mungkin karena penasaran si Ibu nanya. “Bang
koq berani engga dibayar?”
“Rezeki itu bukan dr pekerjaan kita Bu, rezeki itu
dari Allah, saya yakin itu. Makanya kalo Allah
manggil kita harus dateng.”
“Haiyya ‘Alal Fallaah … kan jelas Bu. Marilah kita
menuju kemenangan, kesejahteraan,
kebahagiaan. Saya ikhtiar udah dengan narik
becak, hasilnya gimana Allah. yang penting
kitanya takwa ke Allah ya kan Bu?” kata Udin.
“Saya yakin janji Allah di QS Al-Baqarah ayat 3.”
kata Udin. Si Ibu pun terdiam sambil meneteskan
air mata.
Setelah dikenalkan dan ngorol dgn keluarga Udin
si Ibu pun pamit. Sambil meminta Udin
mengantarkannya kembali minggu depan.
“Insya Allah saya siap Bu,” kata Udin. Si Ibu pun
pamit sambil memberi ongkos becak ke Istrinya
Udin. Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang
dimasukan kedalam amplop dibuka oleh Udin.
Ternyata isinya satu juta rupiah. Udin dan
keluarganya pun kaget dan bersyukur atas apa
yang telah Allah berikan melewati si Ibu tadi.
Seminggu kemudian Udin mendatangi hotel
tempat si Ibu menjanjikan. Setelah bertanya ke
satpam, Udin tidak diperbolehkan masuk. Satpam
tidak percaya ada tamu hotel bintang lima janjian
sama seorang tukang becak. Udin ga maksa, dia
kembali ke becaknya.
Nah, itu pula yang sering kita lakukan, seringkali
kita melihat orang dari penampilannya. Padahal
Allah tidak melihat pangkat, jabatan, pekerjaan,
harta, warna kulita kita. Allah hanya melihat
ketakwaan kita. Karena penasaran Udin ga
masuk-masuk ke Lobby Hotel, akhirnya si Ibu
keluar, dan melihat Udin sedang tertidur di
becaknya.
“Bang, kenapa engga masuk?” Tanya si Ibu
sambil membangunkan Udin.
“Ga boleh sama satpam Bu,”jawab Udin.
“Bang, kan kemaren abang yang ngajak saya
jalan-jalan pake becak. Sekarang giliran saya
ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata
si Ibu.
“Lah, Ibu ini gimana sih, katanya mau saya anter
ke toko lagi,” kata Udin.
“Iya mau dianter tapi bukan ke toko bang,” kata
si Ibu di awal waktu.
Setelah diajak naik mobil Merci nya si Ibu, Udin
pun menolaknya, karena dia merasa
kebingungan.
“Mau dibawa kemana saya Bu ?”
“Udah saya pake becak saya aja, ngikut di
belakang mobil Ibu. Engga pantes saya naik
mobil sebagus itu,” kata Udin.
“Lagian becak saya mau ditaro dimana?”
Namun setelah dibujuk oleh sopir dan asisten si
Ibu, Udin pun mau ikut naik mobil. Becaknya
dititip di parkiran belakang hotel.
Berangkatlah mereka dari hotel. Masih dengan
rasa penasaran Udin pun bertanya, “mau kemana
sih Bu?”
Di salah satu kantor Bank Syariah, mereka pun
berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata
asisten si Ibu.
“Waduh apalagi nih?” pikir Udin.
“Buat apa Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus
KTP buat apa?”, kata Udin heran.
Akhirnya asisten si Ibu menjelaskan, bahwa
ketika minggu lalu mereka diantar Udin belanja, si
Ibu mendapatkan sebuah pelajaran.Pelajaran
hidup yang sangat mendalam. Dimana seorang
abang becak dengan kehidupan yang pas-pasan
tapi begitu percaya kepada janji Allah.
Sementara si Ibu yang merupakan seorang
pengusaha besar dan suaminya pun pengusaha,
selama ini kadang ragu pada janji Allah.
Seringkali, akibat kesibukan mengurus usaha,
belanja, meeting dll, dia menunda-nunda sholat.
Bahkan tidak jarang lupa sholat.
“Nah sejak minggu lalu setelah pulang dari
Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia
selalu berusaha sholat awal waktu”, kata asisten.
Saat pulang ke Jakarta, suaminya pun heran
dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga punya
kebiasaan yang sama dengan istrinya. Setelah
diceritakan asal mula perubahan itu, suaminya
pun menyadari, bahwa selama ini mereka salah.
Terlalu mengejar dunia. Oleh karena itu Ibu dan
suaminya ingin menghadiahi abang Udin untuk
berangkat haji. Mendengar akan
DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Udin pun kaget
campur bingung.
Dengan spontan Udin MENOLAK hadiah itu.
“Engga mau neng, saya engga mau berangkat
haji dulu. Meskipun itu doa saya tiap hari.”
“Loh koq engga mau Bang?” kata asisten kaget.
“Apa kata tetangga dan sodara-sodara saya nanti
neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke haji bisa
tapi masih ngebecak?”
“Memang berangkat haji adalah cita-cita saya.
Tapi nanti setelah saya mendapatkan pekerjaan
selain narik becak neng.”
Akhirnya asisten berdiskusi dengan si Ibu. Sambil
menunggu mereka diskusi. Udin pun tidak henti-
hentinya bertanya pada Allah.
“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Udin.
Tidak lama si Ibu menghampiri Udin dan bertanya
“Bang, kan abang bisa bawa mobil, bagaimana
kalau menjadi supir di perusahaan saya di
Jakarta?”
“Waduh … Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya
gimana disini. Anak-anak masih butuh bimbingan
saya. Apalagi semuanya perempuan. Kayaknya
engga deh Bu. Biar saya pulang aja deh. Insya
Allah kalau Allah ridho lain kali pasti saya
diundang untuk berhaji.”
Akhirnya si Ibu membujuk Udin untuk mendaftar
haji dulu. Brangkatnya mau kapan terserah, yang
penting dia menjalankan amanat suaminya.
Kemudian si Ibu menelpon suaminya,
menjelaskan kondisi yang ada mengenai Udin.
Setelah selesai mendaftar haji di Bank, kemudian
mereka pergi menuju sebuah dealer mobil.
“Kok masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu mau beli
mobil lagi? Mobil ini kurang gimana bagusnya?”
kata Udin bingung. Sambil tersenyum si Ibu
meminta Udin menunggu di mobil. Dia pun turun
bersama asistennya. Selang setengah jam, si Ibu
kembali ke mobil sambil membawa kwitansi
pembayaran tanda jadi mobil.
“Nih bang, barusan saya sudah membayar tanda
jadi pembelian mobil angkutan umum,
pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”
“Mobil angkutan umum ini buat bang Udin, hadiah
dari suami saya.” Kata si Ibu.
“Jadi sambil menunggu keberangkatan abang ke
haji tahun depan, abang bisa menabung dengan
usaha dari mobil angkutan milik sendiri.”
Sambil meneteskan air mata tidak henti-hentinya
Udin mengucap syukur kepada Allah.
“Ini bukan dari saya dan suami saya, ini dari
Allah melalui perantaraan saya,” kata si Ibu.
“Hadiah karena abang selalu menjaga sholat
diawal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang
sangat berharga bagi saya dan suami.”
“Mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah
menjaga sholat awal waktu, ya, bang,” kata si
Ibu.
Akhirnya mereka pun kembali ke hotel, namun
sebelumnya mampir di masjid untuk sholat
dzuhur berjamaah.Setelah sholat dzuhur
kemudian makan siang, mereka pun berpisah.
Udin pulang ke rumah dengan becaknya. Si Ibu
langsung ke Jakarta.
Setelah itu kehidupan Udin semakin membaik.
Dia sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil.
Yang tadinya dia seorang supir angkot dan abang
becak, sekarang dia jadi pemilik angkot dan
sudah berhaji.
Alhamdulillah sampai saat ini Udin masih terus
menjaga sholat awal waktu, malah semakin yakin
dengan janji Allah. Cerita ini merupakan KISAH
NYATA, meskipun ada beberapa penambahan dan
pengurangan dalam penuturannya.
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua,
dan menjadikan kita semakin yakin dengan janji
Allah.
Sahabat, .. poin dari cerita ini adalah ketika Allah
berkehendak, semuanya akan menjadi nyata.
Mari kita jaga sholat di awal waktu, untuk
mendapatkan keberkahan dari-Nya.
“Jangan tinggalkan pula sholat dhuha dan
tahajud-nya yach .. Semangat!!” Demikian netizen
mengakhiri kisah yang dibaginya. Allahu akbar!.
(adibahasan/ arrahmah.com )
0 Response to "Rahasia Kehebatan Sholat Tepat Waktu"
Post a Comment